TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN LIE DETECTOR SEBAGAI ALAT BANTU DALAM KASUS PIDANA

Skripsi ini membahas tentang Tinjauan Hukum Terhadap Penggunaan Lie Detector Sebagai Alat bantu Dalam Kasus Pidana. Bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui, 1) Realitas penggunaan lie detector dalam kasus pidana, 2) Tinjauan
hukum pidana terhadap penggunaan lie detector sebagai alat bantu dalam kasus pidana. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan undang-undang (Statue approach). Pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu data sekunder dengan memperoleh data-data yang terdapat pada media massa, buku, jurnal dan literatur lainnya yang menjadi kebutuhan dari penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lie detector telah digunakan dalam beberapa kasus pidana di Indonesia, misalnya kasus pembunuhan Angeline, terutama pada tahap penyidikan untuk mendeteksi kebohongan melalui respon tubuh seperti tekanan darah, detak jantung, dan perubahan kulit. Tingkat akurasinya berada pada kisaran 60–90% tergantung kondisi psikologis orang yang diperiksa, keterampilan operator, dan prosedur pelaksanaannya. Walaupun secara teknis cukup membantu penyidik, alat ini belum diakui sebagai alat bukti sah menurut Pasal 184 KUHAP sehingga hasil pemeriksaannya hanya berfungsi sebagai informasi pendukung yang harus dikonfirmasi dengan bukti lain. Meskipun demikian, keberadaan lie detector tetap berpotensi mendukung pencarian kebenaran materiil, sehingga diperlukan regulasi dan standar operasional yang lebih
jelas agar penggunaannya sah, proporsional, dan akuntabel dalam sistem peradilan pidana di Indonesia.

Kata Kunci: Lie Detector, Sistem Pembuktian, KUHAP, Validitas Alat Bukti, Kasus Pidana.